TOP NEWS

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Maecenas mattis nisi felis, vel ullamcorper dolor. Integer iaculis nisi id nisl porta vestibulum.

Jumat, 15 April 2016

ASAL USUL BAHASA BANJAR



ASAL USUL BAHASA BANJAR



Pulau Borneo sangat kaya bahasa. Ada ratusan jenis bahasa di Borneo dan beberapa di antaranya sudah mulai punah. Berdasarkan teori bahasa bahwa dimana kawasan yang terdapat banyak bahasa yang beragam adalah dimungkinkan sebagai tanah asal usul bahasa yang digunakan di kawasan nusantara, Artinya bahawa Kalimantan atau Borneo tersebut merupakan tanah asal masyarakat di pulau nusantara ini.

Versi 1
Berasal dari dealek proto Malayik  Terletak  di daerah Kandangan  
Dalam foklore berupa mitos yang berkembang di kalangan etnis Dayak Meratus di daerah pegunungan Meratus Kabupaten Tapin disebutkan bahwa antara orang Meratus dan orang Banjar Hulu khususnya berasal dari satu rumpun induk yang sama yakni keturunan dua kakak beradik (bahasa Banjar: dua badangsanak) Intingan (Palui Anum) dan Dayuhan (Palui Tuha). Keduanya berasal dari desa Banua Halat. Versi dari Dayak Meratus di Loksado mereka bernama Bambang Basiwara dan Si Ayuh (Sandayuhan/ Kandayuhan).
Etnis Dayak Meratus adalah nama kolektif sukubangsa yang mendiami perbukitan pegunungan Meratus di daerah pedalaman Provinsi Kalimantan Selatan. Dahulu dan dalam sebagian besar publikasi ilmiah, orang Dayak Meratus lazim disebut orang (Dayak) Bukit.
Sebelum sebutan “Dayak” diterima secara umum untuk menggambarkan kesatuan etnis dan kesatuan kebudayaan yang dianggap asli Kalimantan, maka dahulunya tidak disebut dengan nama Dayak melainkan disebut berdasarkan nama tempat kediaman komunitas mereka yang umumnya ditepian sungai, seperti orang Barito, orang Kapuas, orang Kahayan, orang Katingan, orang Mentaya dan sebagainya. Atau orang Bukit (atau bubuhan orang Loksado, orang Alai, orang Labuhan, dan sebagainya) sebagai sebutan kelompok masyarakat yang tinggal di bukit-bukit pegunungan Meratus.
Orang Dayak Meratus merupakan kelompok masyarakat yang mendiami wilayah berbukit atau bergunung di Pegunungan Meratus Kalimantan Selatan. Mereka mendiami kawasan hutan di Kabupaten Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Tanah Laut dan Kotabaru. Tidak diketahui dengan pasti tentang jumlah penduduk etnis ini. Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk tahun 2000 tidak secara khusus melakukan pendataan terhadap etnis ini, dan hanya menempatkannya dalam kelompok “suku-suku lainnya” (BPS Kalimantan Selatan, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian tahun 1979 yang dilakukan oleh Noerid Haloei Radam (1996) kelompok etnis ini terdiri lebih kurang 12.000–15.000 jiwa. Mereka mengembangkan sistem kekerabatan yang disebut bubuhan yakni suatu keluarga luas utrolokal atau virilokal. Satu bubuhan biasanya tinggal di dalam suatu rumah panjang yang dinamakan balai atau balai adat, yakni bangunan yang berukuran 10 hingga 15 meter lebar dan 50 meter panjangnya.
Mereka memiliki kebudayaan yang dinamakan kebudayaan huma. Dalam kebudayan ini, mata pencaharian hidup mereka dilakukan dengan cara meramu hasil hutan, berburu binatang, dan bercocok tanam dengan cara berladang berpindah, namun tetap dalam koridor kearifan lokal yang mereka warisi secara turun temurun.
RELASI DAYAK-BANJAR
Relasi 1: Hipotesis Asal Muasal Orang Banjar
Berbagai kajian para pakar yang didasarkan kepada folklore seperti yang dilakukan Noerid Haloei Radam, menunjukkan bahwa orang Dayak Meratus memiliki “hubungan kekerabatan” terutama dengan orang Banjar Hulu. Kesimpulan kajian itu didasarkan kedekatan religi, bahasa, dan simbol-simbol yang menunjukkan sinkretisme di antara keduanya. Kedekatan hubungan itu dapat dilihat dari Hipotesis Kaum Cerdik Tempatan (Local Genius) yang memungkinkan peranan hubungan etnis Dayak Meratus dalam pembentukan etnis dan budaya masyarakat Banjar.
Menurut Noerid Haloei Radam (1996) masyarakat dan budaya Banjar melalui kacamata Hipotesis Kaum Cerdik-Tempatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sejumlah puak seperti Bukit, Ngaju atau Ma’anyan telah beberapa lama mendiami kawasan hilir DAS (Daerah Aliran Sungai) Barito dan atau DAS Martapura. Boleh jadi sejak zaman batu besar (Kebudayaan Megalitik) mereka telah mendiami kawasan tersebut.
Di antara puak-puak itu, ada yang masih tetap pada tahap perkembangan peramu-pemburu (collecting-hunting society: band society) dan ada pula yang sudah mampu mendomestikkan tumbuhan dan hewan liar (cultivating society: tribal society). Corak masyarakat yang terakhir ini dinamakan masyarakat peladang.
Kontak yang lebih intensif dengan dunia luar kemungkinan terjadi lebih luas pada masyarakat peladang dibanding masyarakat peramu-pemburu. Adanya kontak mengkibatkan pranata-pranata lebih berkembang dan karenanya sistem sosialnya menjadi lebih kompleks. Sejumlah inovator yang ada dan berkembang sendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Mereka dinamakan Kaum Cerdik-Tempatan atau Local Genius.
Merekalah pembawa perubahan dalam arti yang sebenarnya yakni pembawa idea dan teknologi, narasumber dan pemilik informasi di dalam masyarakatnya, dan boleh jadi pada tahap tertentu mereka adalah pengambil kebijakan (penguasa) yang mampu pula mengontrol warga masyarakat lainnya. Kaum Cerdik-Tempatan pada salah satu puak dari ketiga kelompok etnis tersebut (Bukit, Ngaju, dan Ma’anyan) merupakan orang Banjar Asli yang dinamakan dengan Banjar Arkais dengan segala aktivitas perkembangan berikutnya.
Di antara ketiga puak itu, orang Banjar Arkais dari unsur Bukitlah yang lebih mendekati sebagai nenek moyang orang Banjar Hulu atau nenek moyang Dayak yang bermukim di pegunungan Meratus.
Masyarakat Banjar Arkais tersebut mampu beradaptasi dengan segala perubahan dari dunia luar, mengadopsi, mengolah dan mengembangkan informasi khususnya yang berasal dari pusat-pusat kebudayaan yang pada masa itu menjadi panutan dan kekuatan yang mengontrol kawasan Asia Tenggara yakni Melayu Budha (Sriwijaya) yang dilanjutkan dengan Melayu Islam (Malaka dan Riau).
Akibat dari hubungan yang intensif itu, maka muncullah Bahasa Banjar Arkais yang kosa katanya lebih banyak berasal dari Bahasa Melayu Kuno. Bahasa Banjar Arkais itu berkembang selanjutnya menjadi Bahasa Banjar Modern akibat sentuhan yang intensif oleh Kebudayaan Melayu Islam melalui tulisan-tulisan Arab-Melayu.
Kaum Cerdik-Tempatan pada masanya tidak saja mengadopsi bahasa, tetapi juga arsitektur dan seni yang mereka ekspresikan pada arsitektur bangunan rumah tinggal dan rumah ibadah (masjid).
Dengan demikian, Hipotesis Kaum Cerdik-Tempatan menempatkan kekuatan kelompok tertentu di dalam masyarakatnya sendiri untuk maju dan berkembang, sedangkan kekuatan yang lain yang berasal dari luar (kebudayaan lain) di antaranya masyarakat dan kebudayaan Melayu hanyalah faktor stimulan.
sumber asli di sini

Versi 2

Jika merujuk kepada struktur dan kosa kata bahasa Kandayan yang ada di kawasan
Brunei       :      Miri, Kuala Belait, Tutong, Temburong,
Malaysia   : Sabah
Indonesia :Sebagian  Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat-Indonesia.Seperti di daerah Landak, daerah Bengkayang, daerah Sanggau, daerah Sambas dan daerah Kubu Raya .

Suku Dayak Kandayan di Kalbar Baik beragama Kristen baik Katolik ataupun Protestan. Tidak ada perbezaan kosa kata bahasa keduanya memiliki pertalian yang sangat erat dan hampir 99% sama Dengan Kandayan di Brunei lebih berafiliasi menyebut diri sebagai "Melayu Kandayan".

Dayak Kandayan di Kalimantan Barat memiliki kesamaan yang besar dengan Kandayan di Brunei dan  suku dayak Kalimantan Selatan di daerah Kandangan / Kandayan ( Dayak pegunungan Maratus)
Jadi ada benarnya juga bahwa orang Kandayan mungkin dahulu pada suatu masa telah menguasai daratan Borneo jauh lebih dahulu dari suku kaum lainnya sebab terlihat jelas bahawa bahasa Banjar juga memiliki kesamaan yang besar dengan bahasa Kandayan di Kalimantan Barat dan Brunei.
Ini bererti jelas bahawa pada suatu masa Kandayan pernah berjaya dimana-mana kawasan di pulau Borneo ini. Dia pernah ada di  Kalimantan Selatan ,Kalimantan Timur (Berau,Kutai dll) dan di Kalimantan Barat serta di sebagian kawasan Sarawak dan Brunei.

Secara mistis daerah Kandangan dan sekitarnya  ada istilah mengaji ilmu  siluman harimau  yang Konon siapa yang mampu menguasainya jarak dan tempat jauh bisa di tempuh dalam sekejap (ilmu melipat bumi)

Jika kita hendak menyatukan kembali khasanah secara bahasa  suku kaum Kandayan dan banjar ada lah punya nenek moyang yang sama , hanya saja banjar diterjemahkan dengan makna BANJAR(se....KOLOM  bertum POK suku ...yang Bergabung dalam Islam) artinya semua suku dayak di daerah Hulu Sungai (Maanyan ,Laawang,bakumpai) dan kalimantan umumnya  yang bergabung dalam islam harus menanggalkan keyakinan terdahulu dan berganti identitas  baru yakni  BANJAR dengan ini dalam ranah persaudaraan/dangsanak ....... hendaklah tidak memandang kepada kepercayaan masing-masing sebab kepercayaan atau agama boleh kita miliki dan juga boleh kita tinggalkan namun asal usul sejarah bangsa kita  akan mungkinkah terbuang dari tubuh kita?

Kita semua harus dapat menerima perbedaan itu kini sebab Kandayan boleh saja beragama Islam dan boleh saja beragama Kristian, tiada yang melarang.Artinya apa? artinya adalah orang Kandayan is Banjar juga . Ini sangat penting sebagai kajian bersama siapa sesungguhnya suku kaum Kandayan itu?
Menariknya, cerita rakyat Kedayan Laila Menchanai (Brunei) itu mirip kisah Puteri Junjung Buih kisah mitos kerajaan DWIPA (Banjar ).

Ini dealek Kandayan Brunei.......yang sangat mirip dengan dealek Banjar HULU SUNGAI UTARA.....Amuntai,Kalua
....

Perbandingan antara bahasa Kadayan, Banjar, dan Indonesia

Kadayan (kxd-ked) Banjar (bjn) Indonesia (id)
supan supan malu
tihang tihang tiang
kuyuk kuyuk (dialek) anjing
abis habis habis
abung rabung rebung
aie ari hari
kutu'(r) rigat[5] kotor
lauk iwag[6] ikan
ba-tanya ba-takun[7] ber-tanya
ba-kamih ba-kamih kencing
aing banyu[8] (Dayak Hulu sungai : ayying) air
ikung buntut[9] (Dayak Hulu sungai: ikung) ekor
alum balum belum
ambut rambut rambut
ampat ampat empat
anam anam enam
antai rantai rantai
antaiee hintadi tadi
baas baras beras
babat babat ikatan
ba-dusta ba-dusta ber-bohong
bahia bahira berak
baie babi babi
ba-kamih ba-kamih kencing
ba-kayuh ba-kayuh mendayung
ba-padah ba-padah memberitahu
basaa basar besar
ba-tian ba-tian-an hamil
batis batis betis/kaki
bahari bahari zaman dahulu
bigi bigi biji
bini bini isteri
bini-bini bini-bini/bibinian perempuan
butuh butuh zakar
caik carik koyak
ca'amin caramin cermin
du'ung jorong/kinday rumah padi
ga'agitan garigitan geram
haimau harimau harimau
haing haring bau busuk
hancing Hancing pesing
hatap hatap atap
haum arum harum
hayam hayam ayam
ja'anih jaranih jernih
jaie jari jari
jubo jubur anus
ka'abahan karabahan tertimpa
kalatmata mata kalat mengantuk
kantut kantut kentut
kapuhunan kapuhunan kempunan
kasaungan kasarungan kerasukan
kubit kibit cubit
labat labat lebat
makan makan makan
mantuha mintuha mentua
mengelimut bamamay mengumpat
mauk mauk mabuk
muha muha muka
paluh paluh peluh
palaminan palaminan pelamin-an
paut parut perut
piak pirak perak
pingsil pingsil pensil
papilis papilis lisplank penutup cucuran atap
tatak tatak potong
tatawa tatawa tertawa
tawaa tawar menawar
tangkuyung katuyung siput air
titik titik tetes
tikaa tikar tikar
tuha tuha tua
tibadak tiwadak cempedak
utak utak otak
umah rumah rumah
ulaa ular ular
uching kucing kucing
uang halus urang halus bunian
tunjuk tunjuk telunjuk
tundun burit-tundun tengkuk
mandaring tian mandaring hamil anak sulung
bangkatan bakantan bekantan
tuhut lintuhut/tu'ut lutut
tudung dulang tatudung tudung saji
tuntum tuntum minum air dari botol
tulak tulak berangkat
tulah katulahan ketulahan
tukup tukup tutup
tinggalam tinggalam tenggelam
tapalicuk tapalicuk terseliuh (pada kaki)
ta-jajak ta-jajak ter-injak
tajau tajau tempayan
taima tarima terima
tahu tahu kenal
taguk taguk telan
tacangang tacangang heran
tambing tabing tebing
tabuni tambuni tembuni
taajun tajun[10] terjun
taabang tarabang terbang
tabalik tabalik sungsang
saung saung sabung
picik picik tekan
pajah pajah padam
pacaa pacar inai
nyanyat nyanyat ketagihan
nyaman nyaman enak/nikmat
mun mun kalau
lapik lapik alas
lakatan lakatan pulut/ketan
kulat kulat cendawan
katam katam menuai padi
katam katam ketam kayu
katam katam kepiting
kasadakan kasadakan tersedak
kataan kataraan tempat ayam bertelur
kanyang kanyang kenyang
kalimpanan kalimpanan kelilipan
kalantit kalantit kelentit
kajang kajang atap daun nipah
kacaw kacaw aduk
kabaliangan kabuliangan mengejutkan
handayang handayang pelepah
jajak jajak jejak/injak
halilipan halilipan lipan
bumbunan bumbunan ubun-ubun
amun amun kalau
asa asa rasa
bakul bakul raga
dangani dangani temani
na'aka naraka neraka
mutia'a mutiara mutiara
ngiuu nyiru nyiru
paahu parahu perahu
bang bang adzan
ambun ambun embun
kataguaan kataguran kena sampuk makhluk halus
kukut kukut garu
kulianga kararangga/katikih kerangga/semut rangrang
kuliat-kuliat manguliat menguliat
kuita kurita kereta
habaa habar berita
datu nini nini datu nenek moyang
gu'uh guruh guruh
kasaa kasar kasar
cahaie cari cari
Bahasa Banjarmasin Modern saat ini sudah berbaur dengan bahasa asing dan cendrung berubah karena adanya multi media .....semoga  kita sebagai warga asli kalimantan bisa menjaga kemurnian  Bahasa Ibu pertiwi kita yakni bahasa .....tradisonal  Banjar

2 komentar: